Catatan Singkat di Awal Tahun

Yah, singkat saja….

Harap dimaklumi, akhir-akhir ini saya mulai jarang keliatan di blog. Perhatian saya tengah teralihkan oleh kesibukan browsing gambar porno indah di DeviantArt. I forgot when was the last time I wrote. Such a shame. Once again I betrayed my own commitment.

Begitulah, niatan saya untuk kembali menghidupkan Chrystal Blue dimulai pagi kemarin. E alah, begitu adaptor dinyalakan monitornya ga mau jalan. Layarnya hitam kelam. Sialan. Terpaksa kubuat sketsa di buku harian. Berikutnya, laporan.

1. What happened on New Year’s Eve

Yeah, I successfuly came back to Indonesia. Pas tanggal 31 Desember lagi. Naek pesawat pagi, jam 11 waktu Sydney. Ke bandara dianter Mas Didik. Untung, untung, soalnya kaki tangan sudah kram setelah mengangkut 30 kilo beban (90% bajunya tanteku, 10% souvenirs). Saat check in tidak ada masalah, cuma konfirmasi ulang masalah berat koperku yang menurut tiketnya masih bisa masuk luggage. Di kabin cuma bawa postman bag South Park sama tas besar berisi titipan cokelat Belgia buat oleh-oleh.

Enam jam perjalanan Sydney-Bali sudah bukan masalah lagi, selama makanan hangat masih tersedia di baki, hehehe (huuu ketauan deh kalo naek pesawat yang diincer makanan doang). Sempat ngobrol sama mbak yang duduk di sebelahku. Pegawai BNI, liburan ke Sydney karena ada sepupunya disana. Obrolan singkat saja, karena waktu banyak habis terpakai buat tidur-tidur ayam.

Sampai Denpasar, kudu pindah ke terminal domestik yang jauhnya minta ampun. Lumayan, sudah bisa bergaya Romawi karena ada kuli yang siap menemani, hohohoho ^_^;. Tujuan akhir: Surabaya.

Sampai Juanda, sudah disambut Babe-Nyak. Pulang ke Malang lewat Porong, mampir dulu ke Ijen buat sowan Kakek-Nenek. Malamnya dibangunkan secara tidak terhormat oleh jedar-jeder-jedor kembang api. Heran aku sama orang-orang yang tidak tahan untuk melewati malam ini dengan ketenangan. Bencana tidak akan berhenti sejenak untuk menikmati kembang api, tau!

…..aneh, tiba-tiba aku menyesal karena tidak menonton kembang api yang jauh lebih meriah di Harbour Bridge sana.

Bagiku, kepulanganku ke Indonesia kunikmati sebagai refleksi rasa rindu pada kampung halaman semata. Tidak, secara pribadi aku tidak mengikutsertakan makna patriotisme di dalamnya sebab aku tidak mau dicap sebagai “Anak Bangsa” dengan semena-mena. Slogan-slogan itu pun telah menjadi kepompong kosong saja, isinya telah mengembara entah kemana. Dan kita masih saja terus menyanjung sansak kosong.

Dimanapun aku berada, ada atau tidak ada “Indonesia”, aku tetaplah manusia.

2. After the first day of January 2008

Seperti lagu, Januari ini pun kelabu. Hujan terus, panas terus. Kehidupan mengalir terbawa arus.

Seminggu kemudian adiknya eyang buyut meninggal. Dimakamkan di Taman Makam Sama’an pakai ratus dan entah beberapa kali Ave Maria. Ya, dia Katolik. Satu-satunya yang kutahu di belantara legacy keIslaman keluargaku. Sudah itu, salah seorang kerabat Eyang ikut menyusul. Lucu. Seolah kedatanganku adalah akhir hidup beberapa orang, begitulah rekaan hatiku.

Namun tak lantas bulan ini jadi bulan tragedi. Kalau ada yang bilang Indonesia itu surga, aku bilang surga makanan. Satu tahun merantau hanya berbekal kemampuan masak pas-pasan. Bayangkan saja apa yang aku makan. Makanya, aku nggak salah kalau menyebut Indonesia ‘surga makanan’. Soto, bakso, cwi mi, tempe, tahu, segala pelecut stimulus kerinduan sukses meluncur ke lambung.

Minggu, 13 Januari 2008. Atas rekomendasi seorang teman, aku datang ke Perpustakaan kota Malang untuk ikut FPKM (Forum Penulis Kota Malang). Eh, ternyata adik kelasku juga ada disana. Aku langsung akrab, dan diakrabi, sama anggota-anggota lainnya, despite the fact that I don’t get along really well with persons I’ve just met. We talked about the importance of appreciation, then slowly moved to the importance of someone’s existence involving Sartre and Maslow, brought by our leader David. I’ll write about that on different segment.

It was a fairly quick discussion. We started at 10, finished at 11:45 or so. I had the spare time checking on some good stuff on the bookshelves. Guess I should give Sartre a try. Later, Nyak-Babe picked me with Zebra full of Wicaksono chips.

Tuesday, January 15th 2008. This morning I’ve been re-reading Catatan Seorang Demonstran. I felt regretful for neglecting it. Ah, I need to prepare Kafka’s ‘Metamorphosis’ for the next FPKM meeting on February 10th. Nice, the rookie gets her first chance to lead the discussion.

Menawhile, I’m still waiting for a chance to give that goddamn computer a kick on the arse.